Perencanaan Kurikulum
PERENCANAAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Irfan Afandi, S. Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebagai
suatu sistem, pendidikan nasional haruslah dikelola dengan tepat agar sebagai
subsistem sebagai pembangunan nasional, tujuan sisdiknas seperti yang diminta
dalam pasal Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 dapat tercapai secara efisien dan
efektif.
Khususnya
pada Pendidikan Dasar perlu mendapat perhatian khusus. Kurikulum yang ada
sekarang bukan saja terlalu “overload”. Sebagai konsekuensi logis dari
kurikulum yang sentralistik, juga karena proses penyusunan sampai pada
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum masih steril dari jamahan masyarakat. Dalam
hal ini kurikulum menjadi salah satu penentu kesuksesan dunia pendidikan.
Dalam UU.
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa,
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.[1]
Dengan perencanaan kurikulum diharapkan memberi kesempatan
belajar-mengajar untuk membina siswa/ peserta didik ke arah perubahan tingkah
laku yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan yang terjadi
pada diri siswa/ peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perencanaan Kurikulum
Perencanaan
terjadi pada semua kegiatan. Perencanaan merupakan proses awal dimana manajemen
memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya. Perencanaan adalah hal yang
sangat esensial karena dalam kenyataanya perencanaan memegang peranan lebih
bila dibandng dengan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya, yaitu
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Dimana fungsi-fungsi manajemen
tersebeut sebenatnya hanya merupakan pelaksanaan dari hasil sebuah
perencanaan.
Kurikulum menurut para ahli
mempunyai makna yang berbeda-beda. Lazimnya rencana yang disusun untuk
melancarkan kegiatan yang hendak dicapai baik dalam lingkungan formal maupun
non formal.
Menurut Glatorn kurikulum adalah
perencanaan yang disiapkan sebagai pedoman belajar dalam sekolah yang pada
umumnya dimunculkan dalam dokumen dan diterapkan dalam kelas.[2]
Di dalam Undang-Undang No.20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.[3]
Menurut Romine dalam Oemar Hamalik
bahwa kurikulum mencakup semua temu pembelajaran, aktivitas dan pengalaman yang
diikuti oleh anak didik dengan arahan dari sekolah baik di dalam maupun di luar
kelas.[4]
Penulis menyimpulkan
bahwa kurikulum adalah Seperangkat rencana dan pengaturan yang disusun untuk
melancarkan proses belajar-mengajar baik di dalam kelas maupun luar kelas untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari pengertian perencanaan dan kurikulum di atas bahwa perencanaan
kurikulum menurut Oemar Hamalik yakni suatu proses ketika peserta dalam banyak
tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan
tersebut melalui situasi mengajar-belajar serta penelaahan keefektifan dan
kebermaknaan metode tersebut. tanpa perencanaan kurikulum, sistematika berbagai
pengalaman belajar tidak akan saling berhubungan dan tidak mengarah tujuan yang
diharapkan.[5]
Tujuan perencanaan kurikulum dikembangkan dalam bentuk kerangka teori dan penelitian
terhadap kekuatan sosial, pengembangan masyarakat, kebutuhan, dan gaya belajar
siswa. Beberapa keputusan harus dibuat ketika merencanakan kurikulum dan
keputusan tersebut harus mengarah pada spesifikasi berdasarkan criteria.[6]
Selanjutnya hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan
kurikulum adalah siapa yang bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum, dan
bagaimana perencanaan kurikulum itu direncanakan secara professional.
Pada pendekatan yang bersifat “administrative
approach” kurikulum direncanakan oleh
pihak atasan kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada
guru-guru. Jadi form the top down,
dari atas ke bawah atas inisiatif administrator. Dalam kondisi ini guru-guru
tidak dilibatkan. Mereka lebih bersifat pasif yaitu sebagai penerima dan
pelaksana di lapangan.semua ide, gagasan dan inisiatif berasal dari pihak
atasan.[7]
Sebaliknya pada pendekatan yang bersifat “grass roots approach” yaitu yang dimulai dari bawah, yakni
dari pihak guru-guru atau sekolah-sekolah secara individual dengan harapan bisa
meluas ke sekolah-sekolah lain. Kepala sekolah serta guru-guru dapat
merencanakan kurikulum atau perubahan kurikulum karena melihat kekurangan dalam
kurikulum yang berlaku. Mereka tertarik oleh ide-ide baru mengenai kurikulum
dan bersedia menerapkannya di sekolah mereka untuk meningkatkan mutu pelajaran.
Dengan bertindak dari pandangan bahwa guru adalah manager (the teacher as manager) J.G Owen sangat
menekankan perlunya keterlibatan guru dalam perencanaan kurikulum. Guru harus
ikut bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum karena dalam praktek mereka
adalah pelaksana-pelaksana kurikulum yang sudah disusun bersama.[8]
Di Inggris gagasan ini berwujud dalam bentuk “teacher’s centeres” yang dibentuk secara local sebagai tempat
guru-guru bertemu dan berdiskusi tentang pembaharuan pendidikan. Disamping
guru-guru berkumpul juga pengajar dari perguruan tinggi, pengusaha dan para
konsumen lulusan sekolah.
Masalah yang kedua, bagaimana kurikulum direncanakan secara professional,
J.G Owen lebih menekankan pada masalah bagaimana menganalisis kondisi-kondisi
yang perlu diperhatikan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perencanaan
kurikulum.
Sementara menurut Peter F.
Olivia, Perencanaan kurikulum terjadi
pada berbagai tingkatan. Para pekerja-guru, pengawas, administrator, atau
lainnya dapat terlibat dalam upaya kurikulum pada beberapa tingkat pada waktu
yang sama. semua guru yang terlibat dalam perencanaan kurikulum di tingkat
kelas, guru yang paling berpartisipasi dalam kurikulum. tingkat perencanaan dimana
fungsi guru dapat dikonseptualisasikan sebagai sosok yang ditunjukkan.[9]
B. Karakteristik
Perencanaan Kurikulum
Dalam perencanaan kurikulum,
terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan. Aspek-aspek yang menjadi
karakteristik perencanaan kurikulum tersebut sebagai berikut:
1. Perencanaan kurikulum
harus berdasarkan konsep yang jelas tentang berbagai hal yang menjadikan
kehidupan lebih baik, karakteristik masyarakat sekarang dan masa depan, serta
kebutuhan dasar manusia.
2. Perencanaan kurikulum
harus dibuat dalam kerangka kerja yang komprehensif , yang mempertimbangkan dan
mengoordinasi unsur esensial belajar mengajar efektif.
3. Perencanaan kurikulum
harus bersifat reaktif dan antisipasif. Pendidikan harus responsif terhadap
kebutuhan siswa, untuk membantu siswa tersebut menuju kehidupan yang baik.
4. tujuan-tujuan pendidikan
harus meliputi rentang yang luas akan kebutuhan dan minat yang berkenaan dengan
individu dan masyarakat.
5. Rumusan berbagai tujuan
pendekatan harus diperjelas dengan ilustrasi konkrit, agar dapat digunakan
dalam pengembangan rencana kurikulum yang spesifik . jika tidak, persepsi yang
muncul kurang jelas dan kontradiktif.
6. Dalam perencanaan
kurikulum, harus diadakan evaluasi secara kontinue terhadap semua aspek
pembuatan keputusan kurikulum, yang juga meliputi analisis terhadap proses dan
konten kurikulum.
7. Berbagai jenjang sekolah,
dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, hendaknya merespon dan
mengakomodasi perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan siswa. untuk itu, perlu
direfleksikan organisasi dan prosedur secara bervariasi.[10]
C. Asas
Perencanaan Kurikulum
Fungsi asas atau landasan
kurikulum adalah seperti fondasi sebuah bangunan. Apa yang akan terjadi
seandainya sebuah gedung yang menjulang tinggi berdiri di atas fondasi yang
rapuh?. Tentu saja bangunan itu tidak akan bertahan lama. Oleh sebab itu,
sebelum sebuah gedung dibangun, terlebih dahulu disusun fondasi yang kukuh.
Layaknya membangun sebuah
gedung, maka menyusun sebuah kurikulum juga harus didasarkan pada fondasi yang
kuat. Kesalahan menentukan dan menyusun fondasi kurikulum berarti kesalahan
dalam menentukan kebijakan dan implementasi pendidikan.[11]
Perencanaan kurikulum
disusun berdasarkan asas-asas sebagai berikut:
1. Objektivitas
Perencnaan kurikulum
memiliki tujuan yang jelas dan spesifik berdasarkan tujuan pendidikan nasional,
data input yang nyata sesuai dengan kebutuhan.
2. Keterpaduan
Perencanaan kurikulum
memadukan jenis dan sumber dari semua disiplin ilmu, keterpaduan sekolah dan
masyarakat, keterpaduan internal, serta keterpaduan dalam proses penyampaian.
3. Manfaat
Perencanaan kurikulum
menyediakan dan menyajikan pengetahuan dan keterampilan sebagai bahan masukan
untuk pengambilan keputusan dan tindakan, serta bermanfaat sebagai acuan
strategis dalam penyelenggaraan pendidikan.
4. Efisiensi dan Efektivitas
Perencanaan kurikulum
disusun berdasarkan prinsip efisiensi dana, tenaga, dan waktu dan efektif dalam
mencapai tujuan dan hasil pendidikan.
5. Kesesuaian
Perencanaan kurikulum
disesuaikan dengan sasaran peserta didik, kemampuan tenaga kependidikan,
kemampuan IPTEK, dan perubahan atau perkembangan masyarakat.
6. Keseimbangan
Perencanaan kurikulum
memperhatikan keseimbangan antara jenis bidang studi, sumber yang tersedia,
serta kemampuan dan progam yang akan dilaksanakan.
7. Kemudahan
Perencanaan kurikulum
memberikan kemudahan bagi para pemakainya yang membutuhkan pedoman berupa bahan
kajian dan metode untuk melaksanakan proses pembelajaran.
8. Berkesinambungan
Perencanaan kurikulum di
tata secara berkesinambungan sejalan dengan tahap-tahap dan jenis dan jenjang
satuan pendidikan.
9. Pembakuan
Perencanaan kurikulum
dibakukan sesuai dengan jenjang dan jenis satuan pendidikan, sejak dari pusat,
propinsi, kabupaten/kotamadya.
10. Mutu
Perencanaan kurikulum memuat
perangkat pembelajaran yang bermutu, sehingga turut meningkatkan mutu proses
belajar dan kualitas lulusan secara keseluruhan.[12]
D. Tahap
Perencanaan Kurikulum
Hafni Ladjid dalam bukunya Pengembangan Kurikulum mengemukakan
bahwa kegiatan pengembangan kurikulum tingkat lembaga dibagi menjadi 3 tahapan
yaitu: (1) perumusan tujuan isntitusional, (2) tahapan pengembangan setiap
bidang studi, (3) pengembangan program pengajaran dikelas.[13]
1. Perumusan
tujuan isntitusional
Dalam tujuan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
sesuai dengan suatu lembaga pendidikan tertentu, misalnya SMP, SMU dan lain-lainnya,
adalah hal-hal yang harus diperhatikan bagi para fungsi lembaga pendidikan itu.
Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan dalam merumuskan
tujuan institusional sekurang-kurangnya ada tiga sumber yang penting, yaitu
tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-undang sistem pendidikan
Nasional, pandangan atau harapan masyarakat dan dunia pekerjaan, harapan
lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
2. Tahapan pengembangan setiap bidang studi
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
mengembangkan setiap program studi ini meliputi: (1) merumuskan tujuan
kurikuler, (2) merumuskan tujuan pengajaran, (3) menetaokan pokok bahasan/sub
pokok bahasan, (4) menyusun garis-garis besar program pengajaran, (5) menyusun
pedoman khusus.
3. Pengembangan program pengajaran dikelas
Pengembangan program pengajaran dikelas khususnya di
indonesia bertolak dengan suatu dasar konsep sistem. Secara sederhana sistem
itu mempunyai komponen-komponen sebagai berikut: (1) tujuan, (2) bahan/isi, (3)
metode, (4) alat, (5) evaluasi dan (6) proses.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan
kurikulum menurut Oemar Hamalik yakni suatu proses ketika peserta dalam banyak
tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan
tersebut melalui situasi mengajar-belajar serta penelaahan keefektifan dan
kebermaknaan metode tersebut.
Aspek-aspek yang
menjadi karakteristik perencanaan kurikulum tersebut sebagai berikut:
1. Perencanaan kurikulum
harus berdasarkan konsep yang jelas tentang berbagai hal yang menjadikan
kehidupan lebih baik, karakteristik masyarakat sekarang dan masa depan, serta kebutuhan
dasar manusia.
2. Perencanaan kurikulum
harus dibuat dalam kerangka kerja yang komprehensif , yang mempertimbangkan dan
mengoordinasi unsur esensial belajar mengajar efektif.
3. Perencanaan kurikulum
harus bersifat reaktif dan antisipasif. Pendidikan harus responsif terhadap
kebutuhan siswa, untuk membantu siswa tersebut menuju kehidupan yang baik.
4. tujuan-tujuan pendidikan
harus meliputi rentang yang luas akan kebutuhan dan minat yang berkenaan dengan
individu dan masyarakat.
5. Rumusan berbagai tujuan
pendekatan harus diperjelas dengan ilustrasi konkrit, agar dapat digunakan
dalam pengembangan rencana kurikulum yang spesifik . jika tidak, persepsi yang
muncul kurang jelas dan kontradiktif.
6. Dalam perencanaan
kurikulum, harus diadakan evaluasi secara kontinue terhadap semua aspek
pembuatan keputusan kurikulum, yang juga meliputi analisis terhadap proses dan
konten kurikulum.
7. Berbagai jenjang sekolah,
dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, hendaknya merespon dan
mengakomodasi perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan siswa. untuk itu, perlu
direfleksikan organisasi dan prosedur secara bervariasi.
Berikut Asas-asas
perencanaan kurikulum :1. Objektivitas, 2. Keterpaduan, 3. Manfaat, 4.
Efisiensi dan Efektivitas, 5. Kesesuaian, 6. Keseimbangan, 7. Kemudahan, 8.
Berkesinambungan, 9. Pembakuan, dan 10. Mutu.
Hafni Ladjid dalam bukunya Pengembangan Kurikulum mengemukakan
bahwa kegiatan pengembangan kurikulum tingkat lembaga dibagi menjadi 3 tahapan
yaitu: (1) perumusan tujuan isntitusional, (2) tahapan pengembangan setiap
bidang studi, (3) pengembangan program pengajaran dikelas.
DAFTAR PUSTAKA
H, Dakir. 2010. Perencanaan dan
Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Bumi aksara.
Hamalik,Oemar. 2010. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum Cet. IV. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ladjid, Hafni. 2005. Pengembangan Kurikulum. Ciputat: Quantum Teaching.
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nasution, S. 2003. Asas-asas Kurikulum. Jakarta:
Bumi Aksara.
Olivia, Peter F. 2004. Development
The Curriculum. New York: Pearso Education,Inc.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Seifert, Kelvin. 2010. Manajemen
Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan. Jogjakarta: Ircisod.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: UNY Press.
Supriyanto, Eko. 2012. Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Cerdas Istimewa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wina Sanjaya. 1999. Kurikulum
dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara), 6.
Yamin, Moh. 2009. Manajemen
Mutu Kurikulum Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press.
[1]
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008),8.
[2] Eko Supriyanto, Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Cerdas Istimewa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 48.
[3] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008),8.
[4] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,
(Jakarta: Bumi aksara, 2007), 18.
[5] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010),171.
[7]
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum Cet. IV, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), 150.
[8] Ibid.,150.
[9] Peter F. Olivia, Development The Curriculum,(New
York: Pearso Education,Inc, 2004), 46-47.
[10]
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010),173-174.
[11] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008), 31.
[12] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan
Kurikulum, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2012), 155-156.
Raw titanium - stone.pdf - Tioga Ridge
BalasHapus› raw-titanium-arts microtouch titanium trim walmart › raw-titanium-arts This titanium mens wedding band paper examines the ancient ore in the Chino Mine, titanium gr 2 near the foothills of the Sierra smith titanium Mountains on the southern flank of a famous Sierra titanium bar Mountain.
this content wolf dildo,sex toys,wholesale sex toys,sex toys,dildos,dildo,cheap sex toys,realistic dildo,sex chair great site
BalasHapusu613u9abixb129 louis vuitton outlet,louis vuitton outlet,louis vuitton outlet,louis vuitton outlet,louis vuitton outlet,louis vuitton outlet o026z7jichq464
BalasHapus